JAKARTA - Tahun ini menandai tiga puluh tahun keruntuhan Uni Soviet, sekaligus diperingati sebagai tiga dekade kemerdekaan negara-negara As...
JAKARTA - Tahun ini menandai tiga puluh tahun keruntuhan Uni Soviet, sekaligus diperingati sebagai tiga dekade kemerdekaan negara-negara Asia Tengah atau biasa disebut Republik Asia Tengah (CAR).
Sejak runtuhnya Uni Soviet, CAR menghadapi banyak tantangan di bidang sosial, ekonomi, politik, dan keamanan. Namun, dengan mengatasi semua tantangan ini, negara-negara kawasan ini telah membuat kemajuan yang signifikan.
Di sisi lain, masalah intra-kawasan Asia Tengah mengenai pembagian sumber daya dan demarkasi perbatasan telah berdampak buruk pada kerja sama regional.
Sejak berkuasa pada Desember 2016, Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev tampaknya bertekad untuk mengatasi tantangan integrasi regional dengan cara yang akan memastikan suasana yang dinamis dan menggabungkan upaya internal dan eksternal.
Presiden Mirziyoyev, yang melihat jauh pentingnya kerja sama regional, telah memberikan prioritas kepada tetangganya di Asia Tengah dan juga memastikan untuk mencapai konsensus mengenai perselisihan bilateral melalui pendekatan ketahanan konflik yang komprehensif.
Namun, akibatnya, upayanya untuk menyalurkan kembali kerja sama regional di antara negara-negara Asia Tengah tampaknya membuahkan hasil.
Dalam arah ini, pada November 2017, selama konferensi keamanan regional di Samarkand, Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev mengusulkan diadakannya pertemuan puncak regional secara berkala di antara lima negara.
Usulan yang dimanifestasikan dalam bentuk 'Pertemuan Konsultatif' seluruh kepala negara Republik Asia Tengah —Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan— tanpa memasukkan kekuatan eksternal.
Atas undangan Presiden Turkmenistan, Gurbanguly Berdimuhamedow, Kepala Negara Kazakhstan, Kirgizstan, Uzbekistan, dan Tajikistan, berpartisipasi dalam 'Pertemuan Konsultatif Ketiga Pemimpin Asia Tengah' di Avaza Turkmenistan pada 6 Agustus 2021.
Dijadwalkan akan diadakan pada tahun 2020, tetapi ditunda karena pandemi Covid-19. Dua pertemuan lainnya diadakan pada 2018 dan 2019 di Nur Sultan (Kazakhstan) dan Tashkent (Uzbekistan).
Dari beberapa masalah yang dihadapi kawasan Asia Tengah, setidaknya ada dua yang paling membutuhkan perhatian yakni dampak kesehatan dan ekonomi dari pandemi Covid-19 dan meningkatnya ketidakstabilan di Afghanistan.
Selama pandemi, negara-negara Asia Tengah telah menunjukkan respons yang luar biasa untuk saling membantu di masa-masa sulit ini.
Misalnya, Uzbekistan adalah negara pertama di Asia Tengah yang menawarkan bantuan ke Tajikistan untuk membendung dampak virus corona.
Kerja sama selama masa pandemi dan pemulihan ekonomi pascapandemi dibahas dalam pertemuan konsultatif ketiga ini.
Semua pemimpin sepakat bahwa pendekatan regional memiliki potensi untuk menahan ancaman pandemi.
Tak hanya persoalan pandemi, isu Afghanistan yang eskalasinya baru-baru ini meningkat, turut menarik perhatian selama pertemuan itu. Presiden Kazakhstan, Tokayev, juga menyoroti perlunya memiliki kawasan stabil yang penting untuk pertumbuhan dan pembangunan.
Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan berbagi perbatasan dengan Afghanistan serta terlibat dalam rekonstruksi dan pembangunan Afghanistan dengan berinvestasi di sektor perdagangan, transportasi, dan energi.
Dalam konteks ini, kerja sama keamanan di negara-negara Asia Tengah akan menunjukkan perkembangan positif lainnya dari upaya integrasi regional.
Dalam pidatonya, Presiden Uzbekistan menyoroti perlunya mengembangkan koridor transportasi dan konektivitas guna menghilangkan keterkurungan daratan (landlockedness) geografis.
Mempertimbangkan pentingnya konektivitas, pemerintah Uzbekistan menyelenggarakan Konferensi tingkat tinggi tentang keamanan regional dan konektivitas Asia Tengah dan Asia Selatan pada 15-16 Juli 2021.
Pertemuan konsultatif ketiga juga mengemukakan bahwa proyek konektivitas regional perlu dipercepat guna memperlancar dan mempermudah penjangkauan.
Para pemimpin CAR juga mengakui bahwa perdagangan intra-regional telah mengalami pertumbuhan luar biasa dalam beberapa tahun terakhir yang perlu dilanjutkan, dan upaya kolektif diperlukan untuk meningkatkannya lebih jauh. Kerja sama di bidang energi, pengurangan dampak perubahan iklim serta meningkatkan luas hutan dan mengurangi risiko bencana alam juga turut dibahas dalam pertemuan ini.
Hal ini dinyatakan dalam pernyataan bersama para kepala negara yang diadopsi setelah hasil pertemuan di Turkmenistan.
Negara-negara Asia Tengah berbagi warisan etnis, budaya, dan bahasa kolektif. Hal itu disorot dalam pertemuan konsultatif ketika pameran internasional produk nasional negara-negara Asia Tengah dan festival hidangan nasional internasional di wilayah tersebut ditampilkan.
Fenomena ini dapat meningkatkan hubungan people-to-people di kawasan, pengembangan, dan promosi sektor pariwisata masing-masing di setiap wilayah wisata.
Selain itu, akan meningkatkan rasa saling memiliki yang merupakan aspek penting dari integrasi dan pembangunan daerah.
Sebagai kesimpulan, adalah benar bahwa dialog regional untuk mengubah mekanisme kerja sama yang efektif antara negara-negara Asia Tengah merupakan hal mendasar untuk mengakhiri perpecahan regional yang sudah berlangsung lama dan untuk masa depan bersama.
Atas inisiatif Uzbekistan dan tanggapan positif dari pemangku kepentingan lainnya, laju integrasi regional di Asia Tengah mendapatkan momentum. Dan jika dialog kolektif ini berlangsung terus-menerus, maka akan menghasilkan beberapa hasil yang luar biasa di tahun-tahun mendatang.
Penulis: Muhammad Nidhal (Sekretaris Duta Besar Uzbekistan di Jakarta)