PADANG - Gubenur Sumatera Barat (Sumbar), Buya Mahyeldi mendukung dan menyetujui pemberian anugerah Ruhana Kuddus Award yang diberikan kep...
PADANG - Gubenur Sumatera Barat (Sumbar), Buya Mahyeldi mendukung dan menyetujui pemberian anugerah Ruhana Kuddus Award yang diberikan kepada jurnalis perempuan atau wartawati terbaik di Indonesia.
Sebagaimana dilansir Antara, Sabtu, Gubernur Sumbar mengharapkan penghargaan tersebut bisa segera terwujud.
Rencananya penghargaan akan diberikan setiap tahun. Ruhana Kuddus Award atau nama lain yang nanti disepakati bersama oleh semua pemangku kepentingan terkait, seperti Dewan Pers, PWI, AJI, IJTI, FJPI, SMSI dan lain-lain, termasuk tokoh-tokoh pers lainnya.
"Ruhana Kuddus adalah pionir tokoh pers Indonesia, jurnalis perempuan atau wartawati pertama di Indonesia," ujarnya.
Sosok perempuan yang menginspirasi ini, sambungnya, ditetapkan menjadi pahlawan nasional asal Sumatera Barat sejak 2019.
"Kita menyambut baik jika ada inisiasi memberikan penghargaan kepada wartawati atau jurnalis perempuan di Indonesia," kata Buya Mahyeldi.
Apalagi, tambahnya, penghargaan tersebut bahkan dinamakan dengan Ruhana Kuddus Award.
"Ruhana Kuddus adalah wartawati pertama di Indonesia yang sekarang telah menjadi pahlawan nasional dan berasal dari Sumatera Barat. Kita harapkan hal ini segera terwujud dan pemprov Sumbar siap memfasilitasinya," ucapnya.
Usulan awal disampaikan oleh Jasman selaku Kadis Kominfotik Sumbar, menjemput beberapa poin Hari Pers Nasional (HPN) di Padang pada 2018, dimana salah satu rekomendasi-nya adalah memberikan penghargaan khusus kepada wartawati atau jurnalis perempuan setiap tahunnya.
Dalam hal ini, Ketua Umum Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), Uni Lubis mengapresiasi Gubernur Sumbar yang telah bersedia memfasilitasi rencana Ruhana Kuddus Award tersebut.
"Saya pribadi dan forum jurnalis perempuan mengapresiasi dukungan Gubernur Sumbar untuk mendorong peningkatan kualitas profesionalisme jurnalis perempuan Indonesia lewat Ruhana Kuddus Award," ujar Uni yang pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pers perempuan pertama di Indonesia (2003-2006 dan 2010-2013).
Dia juga memaparkan bahwa jurnalis perempuan di Indonesia jumlahnya makin banyak dan berprestasi.
"Jumlah pemimpin redaksi perempuan di media umum juga makin banyak," tambahnya. (Red)
Sebagaimana dilansir Antara, Sabtu, Gubernur Sumbar mengharapkan penghargaan tersebut bisa segera terwujud.
Rencananya penghargaan akan diberikan setiap tahun. Ruhana Kuddus Award atau nama lain yang nanti disepakati bersama oleh semua pemangku kepentingan terkait, seperti Dewan Pers, PWI, AJI, IJTI, FJPI, SMSI dan lain-lain, termasuk tokoh-tokoh pers lainnya.
"Ruhana Kuddus adalah pionir tokoh pers Indonesia, jurnalis perempuan atau wartawati pertama di Indonesia," ujarnya.
Sosok perempuan yang menginspirasi ini, sambungnya, ditetapkan menjadi pahlawan nasional asal Sumatera Barat sejak 2019.
"Kita menyambut baik jika ada inisiasi memberikan penghargaan kepada wartawati atau jurnalis perempuan di Indonesia," kata Buya Mahyeldi.
Apalagi, tambahnya, penghargaan tersebut bahkan dinamakan dengan Ruhana Kuddus Award.
"Ruhana Kuddus adalah wartawati pertama di Indonesia yang sekarang telah menjadi pahlawan nasional dan berasal dari Sumatera Barat. Kita harapkan hal ini segera terwujud dan pemprov Sumbar siap memfasilitasinya," ucapnya.
Usulan awal disampaikan oleh Jasman selaku Kadis Kominfotik Sumbar, menjemput beberapa poin Hari Pers Nasional (HPN) di Padang pada 2018, dimana salah satu rekomendasi-nya adalah memberikan penghargaan khusus kepada wartawati atau jurnalis perempuan setiap tahunnya.
Dalam hal ini, Ketua Umum Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), Uni Lubis mengapresiasi Gubernur Sumbar yang telah bersedia memfasilitasi rencana Ruhana Kuddus Award tersebut.
"Saya pribadi dan forum jurnalis perempuan mengapresiasi dukungan Gubernur Sumbar untuk mendorong peningkatan kualitas profesionalisme jurnalis perempuan Indonesia lewat Ruhana Kuddus Award," ujar Uni yang pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pers perempuan pertama di Indonesia (2003-2006 dan 2010-2013).
Dia juga memaparkan bahwa jurnalis perempuan di Indonesia jumlahnya makin banyak dan berprestasi.
"Jumlah pemimpin redaksi perempuan di media umum juga makin banyak," tambahnya. (Red)