"Berita yang dirilis oleh Tabloidjubi.com pada tanggal 6 Oktober 2018 adalah berita yang tidak mendasar, karena Tabloidjubi.com yang mengklaim dirinya sebagai media No. 1 di Papua tidak mencantumkan sumber berita dan penanggung jawab beritanya," kata Kapendam XVII/Cenderawasi, Kolonel Inf Muhammad Aidi menanggapi saat dikonfirmasi oleh media.
Kapendam menjelaskan, dalam berita yang diposting oleh www.tabloidjubi.com pada tanggal 06 Oktober 2018 mengklaim bahwa seorang pekerja Hak Asasi Manusia (HAM) dari Gereja Kingmi telah melaporkan tujuh orang meninggal dunia dalam baku tembak antara tim gabungan Polri dan TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Penegakkan Hukum (Satgas Gakkum) dengan kelompok Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN/OPM) pimpinan Goliat Tabuni di wilayah Kabupaten Puncak Jaya, Papua, Senin (1/10/2018) pagi.
Dalam tabloidjubi.com itu juga menyebutkan bahwa dari ke lima orang yang tewas dalam kontak tembak tersebut diantaranya warga sipil. Terdapat juga dua orang anak dan ibu hamil. Sedangkan dua lainnya adalah anggota TPN/OPM.
"Hal itu diungkapkan oleh pekerja HAM kepada www.tabloidjubi.com pada saat dihubungi melalui sambungan telepon, pada Sabtu (6/10/2018)," sebut Kapendam.
Tidak hanya itu, Pekerja HAM dalam laporannya kepada www.tabloidjubi.com yang dikumpulkannya dari Tingginambut terdapat tujuh korban. Ketujuh korban itu adalah mereka yang ditemukan di sekitar tempat tinggal warga. Masih ada kemungkinan korban lainnya ditemukan di hutan, karena sebagian warga berlarian ke hutan dalam kontak tembak itu.
*Intinya, www.tabloidjubi.com mengangkat berita berdasarkan laporan dari nara sumber fiktif yang disebut sebagai seorang pekerja HAM tanpa identitas yang dapat dipertanggungjawabkan," tegas Kapendam.
Menurut Kapendam, Pekerja HAM yang dijadikan sebagai narasumber itu hanya mendapatkan laporan dari berbagai orang tanpa disebutkan siapa pelapornya. Demikian pula tentang adanya keterangan yang menyatakan bahwa rakyat berlarian masuk hutan adalah keterangan yang sangat tidak masuk akal.
"Bagaimana mungkin rakyat berlarian masuk hutan sementara kejadian kontak tembaknya di hutan, jauh dari pemukiman," tegas Kapendam.
Kalau berkenan lanjutnya, Ia minta kepada Tabloidjubi.com agar dapat mempertemukan atau menghubungkan pihaknya dengan Narasumber yang disebut sebagai pekerja HAM, sehingga pihaknya dapat mengklarifikasi kebenaran data dimaksud.
Kendatipun demikian, jika www.tabloidjubi.com tidak bisa menunjukkan narasumbernya berarti www.tabloidjubi.com yang telah membuat narasumber fiktif. Media jubi telah mempublikasi berita asal-asalan yang penting bisa bunyi, namun kebenaran informasi atau berita tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan. Aidi menyampaikan khusus kepada media tabloidjubi.com
"Ini sangat penting, segala keterangan atau informasi yang disampaikan kepada publik harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun secara hukum. Jangan menyajikan berita bohong kepada masyarakat, apalagi kalau disebut narasumbernya dari gereja. Kita jangan menjadi bagian penyebar Hoax dan fitnah," Aidi menambahkan
Faktanya bahwa pada tanggal 6 Oktober 2016 Pukul 07.00 s.d 18.30 WIT betul, telah dilaksanakan rangkaian kegiatan investigasi di Kampung Tinggineri Distrik Tingginambut, Kabupaten Punjak Jaya terkait kejadian kontak tembak pada tanggal 1 dan 2 Oktober lalu.
Investigasi dilaksanakan oleh gabungan TNI, Polri dan Palang Merah Indonesia (PMI). Satuan TNI dipimpin oleh Kolonel Sugiono, Polri dipimpin oleh Kombes Ramdani sedangkan dari PMI jumlah 18 orang dipimpin oleh Bapak Gembala Yapinus Kogoya (Ketua PMI Tinggi Nambut).
Sebelumnya, Kapendam XVII/Cend dalam rilis pendahuluannya melaporkan bahwa kontak tembak yang terjadi pada tanggal 1 Okt 2018 di markas GT telah ditemukan 1 orang anggota KKSB tewas yang belum bisa diidentifikasi. Korban ditemukan berikut sejumlah barang bukti. Dan kontak tembak pada tanggal 2 Oktober ditemukan 2 orang anggota KKSB tewas berikut senjatanya. Salah satunya didentifikasi bernama Dekilas Tabuni.
Namun, hasil investigasi dari tim gabungan TNI, Polri dan PMI pada tanggal 6 Oktober 2018 dimana saat Tim melaksanakan penyisiran ditemukan lagi 2 mayat dalam kondisi membusuk, sekitar 50 meter dari Honai yang dijadikan Markas GT dan telah menjadi lokasi kontak tembak pada tanggal 1 oktober lalu.
Keterangan Bapak Gembala Yopinus Kogoya dan anggotanya Yonibi Wanimbo bahwa salah satu mayat tersebut adalah mayat Kopingga Tabuni dan yang lainnya adalah seorang wanita bernama Wepi Wonda (Salah satu Istri dari GT). Keterangan lain disebutkan Dekilas Tabuni yang tewas pada saat kontak tembak tanggal 2 Oktober adalah anak dari Goliat Tabuni (GT). Aidi menjelaskan.
Setelah dilaksanakan identifikasi mayat selanjutnya dilaksanakan prosesi pembakaran mayat oleh para anggota PMI dipimpin oleh Gembala Yapinus Kogoya.
*Jadi total korban yang ditemukan akibat kontak tembak tersebut baik pada tanggal 1 maupun pada tanggal 2 Oktober adalah 5 orang bukan 7 orang dan semuanya adalah orang dewasa umur diatas 20 s.d 40 an tahun. Tidak ditemukan adanya anak kecil apalagi wanita hamil. Lokasi penemuan mayat bukan di pinggir kampung atau pemukiman tetapi di hutan diamana lokasi tempat kontak tembak berlangsung. Ini adalah penjelasan dari tim investigasi," Aidi menegaskan.
Kemungkinan masih ada lagi korban-korban yang lain yang belum ditemukan namun karena beratnya medan, jauh dari pemukiman warga dan cuaca sudah mulai gelap serta kondisi tim investigasi sudah cukup lelah bekerja dari jam 07.00 pagi hingga menjelang malam sehingga kegiatan investigasi di hentikan. Kata Kolonel Sugiono saat dikonfirmasi. (Jml/red)
Terima kasih telah berkunjung ke PPWInews.com. Silahkan berkomentar dengan sopan. Terimakasih.